sedikit celah;

sedikit celah; layaknya jendela untuk kau lebih jauh mengenalku...

Selasa, 26 Mei 2009

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Perkawinan yang Dapat dan Sering Mengakibatkan Perceraian

Ada berbagai kondisi yang mempengaruhi stabilitas perkawinan yang dapat dan sering mengakibatkan perceraian. Menurut Hurlock (1980) faktor-faktor tersebut ialah :

1. Jumlah anak

Lebih banyak perceraian terjadi karena pasangan tidak mempunyai anak atau hanya mempunyai beberapa anak dari pada karena pasangan mempunyai banyak anak. Hal ini terutama karena kedua tipe pasangan yang pertama dapat mengelola lebih baik dari pada tipe pasangan yang ketiga. Gambar di bawah menunjukkan betapa besar peran anak terhadap stabilitas keluarga.

Kepuasan dalam

perkawinan

Stabilitas

Anak-anak perkawinan

(Thornton, 1977) (dalam Hurlock, 1980).

2. Kelas social.

Kasus meninggalkan keluarga lebih banyak terjadi pada kelompok masyarakat kelas rendah, sedang perceraian banyak teradi pada kelompokj social masyarakat menengah ke atas dan kelompok atas.

3. Kemiripan latar belakang

Perceraian lebih banyak terjadi antara pasangan yang mempunyai latar belakang kebudayaan, suku, bangsa, agama, dan social ekonomi yang berbeda. Diantara sekian penyebab, perbedaan agama merupakan penyebab utama perceraian.

4. Saat menikah

Tingkat perceraian yang sangat tinggi khususnya terjadi pada orang yang menikah terlalu dini atau sebelum mempunyai pekerjaan yang mantap dan ekonominya belum kuat. Ada tiga alasan yang mendukung pendapat tersebut, yaiu:

a. Orang tahu bahwa ia masih bisa kawin lagi.

b. Orang yang buru-buru menikah nampaknya akan menghadapi masalah keuangan, sehingga proses penyesuaian perkawinan menjadi sulit.

c. Orang muda sering mempunyai konsep perkawinan yang romantis teapi ruwet sehingga menimbulkan kekecewaan yang tidak dapat dihindarkan.

5. Alasan untuk menikah

Orang yang terpaksa menikah karena pasangan wanitanya telah mengandung kemungkinan untuk bercerai jauh lebih besar daripada pernikahan biasa.

6. Kondisi saat pasangan menjadi orang tua

Makin pendek jarak interval antara saat menikah dan lahirnya anak pertama makin tinggi tingkat perceraian. Pasangan yang terlalu cepat menjadi orang tua tidak mempunyai cukup waktu untuk menyesuaikan diri dengan situasi berkeluarga, sehingga mengakibatkan penyesuaian trehadap kedudukan mereka sebagi orang tua sulit.

7. Status ekonomi

Makin rendah status ekonomi keluarga, makin besar kemungkinan terjadinya perceraian atau salah satunya meninggalkan keluarga.

8. Model pasangan sebagai orang tua

Keberhasilan dan kegagalan perkawinan cenderung selalu ada dalam keluarga. Anak-anak dari keluarga bahagia, kecil kemungkinannya untuk ditinggal cerai dari pada keluarga yang tidak bahagia.

9. Posisi umum masa kecil keluarga

Satu-satunya pria dalam keluarga mempunyai kemungkinan bercerai sangat besar sedang satu-satunya wanita dalam keluarga mempunyai kemungkinan bercerai terkecil. Hal ini dapat mendukung fakta bahwa laki-laki tipe tersebut cenderung untuk meruska sedang wanita tipe tersebut belajar untuk memahami tanggung jawab. Anak pertama laki-laki juga mau memahami tanggung jawab ketika dia masih muda dan kecil kemungkinannya untuk bercerai. Anak wanita yang biasanya dengan keras ingin menaklukkan adik-adiknya mempunyai tingkat kemungkinan perceraian yang lebih tinggi.

10. Mempertahankan identitas.

Orang dewasa yang dapat merawat identitas setelah menikah dan yang mempunyai kesempatan untuk memperbaharui diri lebih kecil kemungkinannya untuk bercerai dari pada mereka yang kehidupan dirinya sangat dipengaruhi oleh keluarga.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

mbak referensi dari mana ?

Unknown mengatakan...

mbak referensi dari mana ?