sedikit celah;

sedikit celah; layaknya jendela untuk kau lebih jauh mengenalku...

Rabu, 11 November 2009

MENEGAKKAN UKHUWWAH ISLAMIYYAH*

MENEGAKKAN UKHUWWAH ISLAMIYYAH*

Oleh : Drs. Charis Muanis

Semangat ukhuwwah islamiyyah bersumber dari inspirasi firman Allah dalam Surat Alhujurat : 10, bahwa " Setiap orang yang beriman itu bersaudara , oleh karena itu damaikanlah di antara kedua saudaramu itu supaya kamu mendapat rahmat." Meski sudah ada rambu-rambu bahwa sesama orang yang beriman adalah saudara, namun ayat ini juga mengisyaratkan adanya kemungkinan timbul tafarruq (perpecahan) dan konflik antar orang-orang yang beriman.

Sebab – sebab perpecahan dalam Al-Qur'an

Ukhuwwah islamiyyah adalah faham kecenderungan kepada jalan Allah. Bila meninggalkan jalan Allah dan tidak berpegang teguh dengan tali – tali Allah pasti akan terlepas dan terlempar dari rahmat Allah SWT. Jalan selain jalan Allah inilah yang menyebabkan tafarruq. Seperti fanatisme golongan (ashabiyyah), nasionalisme, Arabisme, sosialisme dan isme-isme lain adalah jalan – jalan selain jalan Allah.

"Dan inilah jalan-Ku yang lurus. Ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan itu, nanti kau tafarruq dari jalan-Nya." ( Al-An'am : 153 )

Sayyid Hawa menulis : dengan demikian, inilah jalan Allah, dan itu jalan-jalan syetan. Bila manusia meninggalkan jalan Allah, dan mengikuti jalan-jalan syetan, mereka akan berpecah belah dan berselisih, seperti yang terjadi pada umat Islam sekarang. Mereka tinggalkan kebenaran yang mempersatukan mereka. Mereka tidak meninggalkan jalan kebatilan menuju jalan yang satu. Bila kebenaran tidak mempersatukan mereka, pasti kebatilan akan memisahkan mereka. Penyelesaiannya ialah kembali kepada jalan Allah yang tunggal. 1).

Dilain aspek Alqur'an menjelaskan bahwa sebab-sebab orang Islam meninggalkan Jalan Allah adalah :

1. Minimnya wawasan Islam. ( Almaidah : 14 ) : "Lalu meeka melupakan sebagian yang telah diperingatkan kepada mereka; maka Kami timbulkan diantara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat."

Hal ini menginformasikan bahwa perpecahan terjadi karena umat islam mengambil Islam sepotong – sepotong. Satu kelompok menekankan dimensi ritual, dan melupakan dimensi sosial. Kelompok lain membesar – besarkan dimensi mistikal, dan mengabaikan dimensi ideologikal. Seperti sebuah kue, Islam dipecah-pecah dan setiap golongan memperoleh sebagian daripadanya.

2. Kedengkian diantara sesama kaum beriman. ( Asy-syura : 14 ) : " dan mereka ( ahli kitab ) tidak berpecah belah melainkan sesudah pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka ." para ahli kitab itu berpecah-belah sesudah mereka mengetahui kebenaran dari Nabi-nabi mereka. Sesudah datang Nabi Muhammad SAW dan nyata kebenarannya merekapun tetap berpecah-belah dan tidak mempercayainya.

Hasad, kedengkian atau merasa iri melihat kelebihan golongan lain sebagai penghancur agama ( haliqah ). Prestasi suatu golongan yang seharusnya mendorong golongan lain untuk fastabiqul khairat, malah menimbulkan iri pada golongan lainnya. Tidak jarang, ketika satu golongan Islam didzalimi, golongan lain berusaha mencari muka kepada fihak yang mendzalimi. Pada tahap individual, sering muballigh memfitnah muballigh lain hanya karena persaingan popularitas. Penyebab kedengkian lainnya boleh jadi kedudukan, jabatan, pangkat atau kekayaan. Faktor kedengkian ini selalu muncul di banyak kejadian perpecahan dalam organisasi Islam. Yang menarik, terkadang kedengkian ini dibungkus dengan legitimasi syari'ah, sehingga membentuk " fiqih" tersendiri.

3. Tidak menggunakan akal ( Al-Hasyr : 14 ) : " Kamu kira mereka bersatu, padahal hati mereka bercerai-berai. Demikian itu karena mereka kaum yang tidak menggunakan akalnya." Islam menempatkan akal pada posisi yang sangat penting, tetapi betapa seringnya akal dikesampingkan. Contoh : tidak logis orang mempertentangkan yang sunnah ( seperti shalat tarawih ) dan melakuakan yang haram ( seperti memutuskan silaturrahim ). Dan menghakimi perbedaan pendapat dengan logika kekuatan bukan dengan kekuatan logika ( seperti mengkafirkan orang lain ).

4. Kecintaan kepada dunia ( Ali Imran : 152 ) : " … sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah Rasul sesudah Allah memperlihatkan kepada kamu apa yang kamu suakai. Diantaramu ada yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada yang menghendaki akhirat." Hal ini berkaitan dengan urusan pelaksanaan perintah Nabi Muahammad Saw. Karena beliau telah memerintahkan agar regu pemanah tetap bertahan pada tempat yang telah ditunjukkan oleh beliau dalam keadaan bagaimanapun dalam perang uhud. Namun sebagian shahabat melanggar perintah Rasul karena tertarik dengan barang ghanimah atau rampasan. Perstiwa yang sama sering terjadi dalam sejarah Islam. Umat yang kuat ketika miskin justru bercerai berai setelah kekayaan dibukakan kepada mereka. Ketika umat Islam yang miskin memasuki Sponyol, mereka berhasil memperoleh kemenangan dan kekayaan yanag justru kemudian menhancurkan mereka. Demikian pula sebaliknya ketika rayuan hidup hedonis yang menonjolkan kemewahan, menjadikan disiplin perjuangan menggeser himbauan perdamaian. 2)

5. Tidak menyerahkan kepercayaan atau kepemimpinan kepada kaum muslimin. ( Hud : 116 ) : " Tidak henti-hentinya mereka berselisih kecuali yang dirahmati Tuhanmu. " sedangkan orang-orang yanag dirahmati adalah : "orang-orang yanag beriman laki-laki dan aaperempuan sebagian menjadi memimpin bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma'ruf melarang yang munkar, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, menaati Allah dan RasulNya. Mereka itulah yang dirahmati Allah. Sesungguhnya Allah Maha gagah dan Maha bijaksana." ( Attaubah : 71 ). Jadi sumber rahmat dan persatuan adalah: Pertama: Menyerahkan alwala' atau kepemimpinan, persahabatan, pertolongan kepada kaum mukminin juga. Kedua : Saling menasehati, amar ma'ruf nahi munkar, Ketiga ; mendirikan shalat. Keempat ; mengeluarkan Zakat. Kelima : menaati Allah dan Rasulnya.

Strategi Mengembangkan Ukhuwwah Islamiyyah.

Ukhuwwah Islamiyyah tidak hanya ukhuwwah intern umat Islam saja namun disamping persaudaraan antar umat Islam terdapat juga ukhuwwah eksteren antar umat beragama, antar golongan, antar suku dan bangsa karena konsep diciptakannya manusiaan dalam Islam adalah untuk saling kenal- mengenal, take and give, tolong- menolong antar satu dengan yang lain. Dan yang terpenting bukanlah ukhuwwah ( persatuan ) formal, melainkan ukhuwwah dalam prinsip-prinsip persamaan, keadilan, tasamuh ( toleransi ) , saling mengerti, saling menghargai, dsb.

Sejarah juga telah membuktikan bahwa perbedaan kepentingan politik adalah diantara sebab utama bagi buyarnya ukhuwwah Islamiyyah. Dari kericuhan politiklah kenudian menjalar perbedaan teologi, khususnya dikalangan apa yang disebut golomgan Sunni dan golongan Syi'ah. Oleh karena itu dalam mengatasi masalah tersebut perlu menggunakan etika al-qur'an dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal politik misalnya, ia adalah masalah kekuasaan sebagai alat bagi pembumian suatu cita-cita. Cita-cita akan tetap berada di awang-awang bila tidak ada kekuasaan untuk melendingkan cita-cita. Yang perlu ditegaskan adalah : untuk apa berkuasa. Bila dikaitkan dengan cita-citaIslam, jawabannya adalah untuk menegakkan prinsip-prinsip dan cita-cita moral dimuka bumi ini. Cita-cita Al-qur'an hanyalah mungkin membumi bila didukung oleh manusia bekuwalitas tinggi, jujur, mempunyai rasa tanggung jawab kepada Tuhan dan sejarah, tidak bersifat materialistik dan bervisi dangkal.

Dalam masalah teologis umpamanya, bila menghadapi perbedaan pendapat masing-masing harus mampu mengendalikan emosi kita dan sekaligus mendahulukan kemaslakhatan umat secara keseluruhan. Kita bisa mengambil contoh suatu peristiwa, ketika Umar r.a. berselisih dengan Abu Bakar r.a. tentang tindakan yang harus dilakukan terhadap orang-orang yang tidak mau membayar zakat setelah wafatnya Nabi Saw. Umar pada awalnya tidajk setuju jika mereka yanag tidak mau membayar zakat diperangi. Tetapi, ketika Abu Bakar tetap memutuskan untuk memerangi mereka, toh Umar mengikuti keputusan ini. Kita bayangkan bagaimana jadinya umat Islam yang baru tumbuh itu seandainya Umar dan Aabu bakar terus bertengkar dan berbeda pendapat.

Jadi dalam menghadapi permasalahan umat yang sering kali sangat komplek itu harus dikedepankan prinsip kemaslahatan umat dan etika alqur'an bukan etika golongan.


______________________

*) Disampaikan dalam diskusi Camping da'wah Ramadlan ( CDR ) di Sambi, Boyolali Pada tanggal, 15 Nop. 2003

1) Sa'ad Hawa, Jundullah : Tsaqafat wal akhlaq, Beirut, Darul Kutub al ilmiyyah, Hal 195.

2) Will Durant, The Story of Civilization, 4 : 314.



(original post: www.selaksajingga.blogspot.com)

BCL - Karena Ku Cinta Kau

Jika ada yang bilang ku lupa kau
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku tak setia
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau

Jika ada yang bilang ku tak baik
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku berubah
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau

Saat kau ingat aku ku ingat kau
Saat kau rindu aku juga rasa
Ku tahu kau s'lalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik
Yang bisa ku lakukan
Tuhan yang tahu ku cinta kau

Jika kau tak percaya padaku
Sakitnya aku
Jika lebih dengar mereka
Sedih hatiku
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau.. kau..

Saat kau ingat aku ku ingat kau
Saat kau rindu aku juga rasa
Ku tahu kau s'lalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik
Yang bisa ku lakukan
Tuhan yang tahu ku cinta kau

Saat kau ingat aku ku ingat kau
Saat kau rindu aku juga rasa
Ku tahu kau slalu ingin denganku
Kau tahu ku juga ingin denganmu
Ku tahu kau s'lalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik
Yang bisa ku lakukan
Tuhan yang tahu ku cinta kau