sedikit celah;

sedikit celah; layaknya jendela untuk kau lebih jauh mengenalku...

Kamis, 22 Oktober 2009

GANGGUAN BERBICARA PSIKOGENIK

Assalamu’alaikum, guys…

Uhm, yg mendorong Nif memposting tulisan ini yi ketika Nif liat trus ngebaca gaya bahasa di SMS atau status facebook teman, seperti:

“Caya cakit peyut”

“Caya cedang macuk angin. Hufh, pucciiing beud”

Truz ada lagi yang ‘latah’ namun malah jadi kek ‘trend’ getoo.

Wahhh padahal hal2 tsb di atas masuk dalam gangguan berbicara psikogenik. Ini yang ‘ngendiko’ Bapak Sidharta (1989) locht. Nah lo!??.

KEyh, langsung ajjah. Pengen taw lebih jauhhh (cyehh jauhh, emg mpe Arab yea?) kita simak yuuuukkkk…

Ini niy pernah aku baca di buku Psikolinguistik. So, mu bagi2 gitu...sama kalian. Semoga bermanfaat.

GANGGUAN BERBICARA PSIKOGENIK

Gangguan berbicara psikogenik ini sebenarnya tidak bisa disebut sebagai gangguan berbicara. Mungkin lebih tepatnya disebut sebagai variasi cara berbicara yang normal, tetapi yang merupakan ungkapan dari gangguan di bidang mental. Modalitas mental yang tertangkap oleh cara berbicara sebagian besar ditentukan oleh nada, intonasi, dan intensitas suara, lafal, dan pilihan kata. Ujaran yang berirama lancar ataw tersendat-sendat dapat juga mencerminkan sikap mental si pembicara.

Gangguan psikogenik ini antara lain:

  1. Berbicara manja

Taw ndiri lahh kenapa disebut berbicara manja. Yups, karena cara bicaranya kek anak2. Jadi ada kesan anak (orang) yang melakukannya meminta perhatian untuk dimanja. Umpamanya, kanak-kanak yang baru terjatuh, terluka, atau mendapat kecelakaan, terdengar adanya perubahan pada cara berbicaranya. Fonem bunyi [s] dilafalkan menjadi [c] sehingga kalimat ”Saya sakit, jadi tidak suka makan, sudah saja ya” akan diucapkan menjadi ”Caya cakit, tidak cuka makan, cudah aja ya”. Dengan berbicara demikian dia mengungkapkan keinginan untuk dimanja. Gejala seperti ini kita dapati juga pada orangtua pikun atau jompo (biasanya wanita).

  1. Berbicara kemayu

Berbicara kemayu berkaitan dengan perangai kewanitaan yang berlebihan. Jika seorang pria bersifat atau bertingkah laku kemayu jelas sekali gambaran yang dimaksudkan oleh istilah tersebut. Berbicara kemayu dicirikan oleh gerak bibir dan lidah yang menonjol atau ekstra lemah gemulai dan ekstra memanjang. Meskipun berbicara seperti ini bukan suatu gangguan ekspresi bahasa, tetapi dapat dipandang sebagai sindom fonologik yang mengungkapkan gangguan identitas kelamin terutama yang dilanda adalah kaum pria.

  1. Berbicara gagap

Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan. Apa yang menyebabkan terjadinya gagap ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi hal-hal berikut dianggap mempunyai peranan penting penyebab terjadinya gagap.

    1. Faktor stres dalam kehidupan berkeluarga
    2. Pendidikan anak yang dilakukan secara keras dan ketat, dengan membentak-bentak; serta tidak mengizinkan anak berargumentasi dan membantah.
    3. Adanya kerusakan pada belahan otak (hemisfer) yang dominan.
    4. Faktor neurotik famial.
  1. Berbicara latah

Latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu perbuatan membeo, atau menirukan apa yang dikatakan orang lain; tetapi sebenarnya latah adalah suatu sindrom yang terdiri atas curah verbal repetitif yang bersifat jorok (koprolalla) dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing. Koprolalla pada latah ini berorientasi pada alat kelamin laki-laki. Yang sering dihinggapi penyakit latah ini adalah orang perempuan berumur 40 tahun ke atas. Awal mula timbulnya latah ini, menurut mereka yang terserang latah, adalah ketika bermimpi melihat banyak sekali penis lelaki yang sebesar dan sepanjang belut. Latah ini punya korelasi dengan kepribadian histeris. Kelatahan ini merupakan ”excuse” atau alasan untuk dapat berbicara dan bertingkahlaku porno, yang pada hakikatnya berimplikasi invitasi seksual (lihat juga W.F.Maramis, 1998: 416-418)

Source:

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya

Kamis, 08 Oktober 2009

Bagaimana HUKUMnya Mengaitkan Waktu kejadian (Gempa) dengan Alqur'an? Hukum mengaitkan angka2 dalam alqur'an?

Assalamua’alaikum Wr. Wb.

Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan, rahmat, dan hidayah Allah SWT. Amien.

Hangat sekali dibicarakan tentang keperkasaan Allah melalui musibah gempa yang baru saja terjadi sepekan yang lalu. Keperkasaan Allah yang ditunjukkan melalului waktu kejadian gempa yang ternyata tepat dengan ayat dalam alqur’an. Sebelumnya penulis sudah memposting mengenai keperkasaan Allah – Gempa Padang 30 September 2009, Musibah dalam Strata Manusia. Nah, dalam suatu diskusi tersebut kebetulan ada yang menanyakan:

“Apakah boleh mengkait2kan spt itu, hukumnya halal, mubah, sunnah, haram, atau gmn, kan aku blm tau, bkn strata manusianya, klo ada dalil pembolehan gitu kan enak, besok2 klo ada gempa lagi kan bisa dotak atik alias DITELITI, (klo ada yg sesuai) atau bisa dicari ayatnya, maksuku gitu mbak, dll pernah tfsir WTC jg, cm pngn tau aja. aq nany kesana kemari memang yg lbh baik tak menghubung2kan...”

Lalu, bagaimana hukum tafsir yang mengkait-kaitkan seperti itu?

Berikut jawaban dari Drs.Charis Muanis (dosen tafsir penulis):

Tafsir Alqur’an itu terus berkembang. Ada tafsir yang sudah diterangkan oleh ulama-ulama salaf. Ada tafsir yg diterangkan oleh Nabi, ada tafsir yang diterangkan oleh ilmu pengetahuan. Nah, tafsir yang diterangkan oleh ilmu pengetahuan itu akan terus berkembang tergantung sampai di mana ilmu pengetahuan itu diketahui oleh manusia. Oleh karena itu menafsirkan Isra’Mi’raj (misalnya)- itu di zaman awal memakai pendekatan iman, meskipun sekarang juga pendekatan iman. Tetapi dulu pendekatan iman yang belum mampu membuktikan kekuasaan Allah. Kalau saat sekarang ini kita mengkaji isra’ mi’raj dengan ilmu pengetahuan saat sekarang kita akan lebih yakin, lebih mantap lebih mantap. Berarti kita menafsirkan isra’ mi’raj itu dengan iman (dulu), akan lebih mantap lagi kalau dengan ilmu pengetahuan, ada bukti2 ilmiah. Ilmu ini yang akan mengokohkan iman. Jadi iman yang tanpa ilmu itu akan mudah goyah/ miyar-miyur. Dari surat Al-Baqarah pun disebutkan ya beriman itu biar tidak miyar-miyur ya dengan ilmu. Maka orang seperti kelas Einstein itu mengatakan ilmu tanpa iman adalah buta (akan kemana?). Knowledge without religion is blind”- seperti halnya orang-orang Israel, Amerika. Tapi lawan katanya, ilmunya orang-orang arab, orang-orang islam pada umumnya iman agama tanpa ilmu…ya lumpuh. Seperti kebanyakan dunia-dunia Islam menggunakan kategori ”religion without scienc is lampe”. Belum imbang antara agama yang ditopang dengan ilmu pengetahuan yang ada dalam sebuah agama.

Alqur’an itu isinya ilmu pengetahuan tok. Contoh yang lain umpamanya ayat Alqur’an sudah rampung, dah selesai. Tapi di alqur’an disebutkan. “ghulibbatirrum”. Rum (kota Roma yang raksasa seperti itu) akan di taklukkan, akan diruntuhkan oleh orang-orang Islam..nah padahal ini Nabi Muhammad sudah wafat, Romawi bisa ditaklukkan oleh negara Islam. Itu kan berarti pembuktian alqur’an, bisa dibuktikan melalui sejarah, melalui fenomena alam, ilmu pengetahuan, kejadian-kejadian.

Lalu bagaimana dengan Q.S.17: 16 yang dikaitkan dengan jam gempa padang?

Tidak harus dikaitkan. Karena kebetulan manusia yang diberi Alqur’an itu diberi peristiwa gempa itu pada jam itu, kebetulan ya kalau dikaitkan/dikiaskan itu.. ya kebetulan yang ajaib. Jadi kalau kebetulan yang ajaib kita tidak salah kalau mengkaitkan. Kalau ditinjau dari segi hukum ya tidak masalah. Karena ini merupakan suatu tambahan keajaiban. Tambahan keajaiban itu seumpama kita ngerti ooh gempa itu hanya sekedar musibah (titik, tidak ada tambahan2 penguat yang lain), ooh kenapa gempa kok di aceh padang. Boleh jadi kita bilang kenapa kenapa kenapa kok bukan daerah yang lain. Boleh jadi kita menganlisa menafsirkan itu apakah di Aceh atau di Padang itu dikasihani oleh Allah SWT karena memang komitmennya terhadap agama, sehingga dirahmati Allah, dikasihani oleh Allah, disayangi Allah, diperingatkan bagi orang yang belum diperingati, atau dimatikan pada saat itu orang-orang yang iman yang tujuannya Allah karena pada saat itu akan dimasukkan surga langsung. Apakah pada strata tertentu akan disiksa, kita tidak mengetahuinya.

Jadi kalau dikaitkan, lalu kalau ditanya ya apakah juga haram mengaitkan antara fenomena alam dengan Alqur’an? Kan juga tidak haram toh?

Kalau tidak haram berarti lawan katanya kan ya boleh ta ternyata setelah mengetahui kejadian itu kita tambah mengakui, lebih mengagumi kebesaran Allah, keperkasaan Allah. jadi kita mengakui mengetahui keagungan Allah dari satu objek itu tidak lebih baik apabila mengetahui keagungan Allah dari berbagai objek. Jadi itu tambahan-tambahan sebagai pengakuan kita terhadap keagungan dan keperkasaan Allah. Tapi kalau hanya ”Oc ini gempa dari Allah (titik)” kita mengagumi mengakui keagungan Allah dari satu sisi saja, tapi dari segi sosiologi belum strata manusianya belum, segi keajaiban peristiwanya belum.

Jadi kalau ditanya bagaimana dari sisi hukum?

BOLEH. Ga ada larangan. Selama tidak ada larangan itu masih dalam kategori boleh (dalam hukum Islam itu seperti itu). Kalau ada larangan, baru tidak boleh.

Nah, kalau itu tadi, larangan tidak ada, kebolehan tidak ada. Larangan tidak ada. Kalau larangan tidak ada kembali pada hukum dasar. Hukum dasar itu serba boleh kecuali yang dilarang, bukan serba dilarang kecuali yang diperbolehkan.

Contoh lain, ada istilahnya rahasia angka2 dalam Alqur’an. Kalau orang2 dulu tidak menafsirkan sampai kedetail angka. Kalau sekarang ini dikarenakan Alqur’an itu keajaibannya luar biasa, tidak terhingga maka ada tambahan keajaiban melalui angka. Dalam Q.S.Al-Mudatsir: 30:

"dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga)."

Neraka itu dijaga oleh 19 malaikat.

Kalau saya yang membaca itu ahli matematika, boleh jadi kenapa angka 19? 19 itu angka apa? Bukan ’klenik’. Orang matematika mengkaji itu tidak ’klenik’. Orang matematika itu rasional. Kalau ’klenik’ itu irrasional.

Ternyata setelah meneliti dengan komputer, angka 19 menjadi suatu perhatian. Seperti diketahui pada matematika, angka 19 merupakan bilangan prima, yaitu bilangan yang tidak habis dibagi, kecuali oleh dirinya; dan angka 9 adalah bilangan asli terbesat, dan angka 1 adalah bilangan asli terkecil. Maka orang matematika itu merenung. Merenung itu tahu2 mendapatkan apa, terserah Allah akan memberi ilham apa.

Maka ia membaca bismillahirrahmanirrahim. Dalam penelitiannya dengan komputer itu ternyata data di permulaan Alqur’an itu terdiri dari 19 huruf (bismillahirrahmanirrahim-dalam tulisan arab). Ini keanehan/ keajaiban pertama Akhirnya ia termotivasi lagi untuk mencari tahu, kenapa 19? Ada apa dengan 19?

1. Wahyu pertama turun 1x19 kata. Wahyu ini terdapat pada surahWahyu pertama nomor 096, ayat 001 sampai dengan ayat 005.

2. Wahyu kedua turun 2x19 kata. Wahyu ini terdapat pada surah nomor 068, ayat 001 sampai dengan ayat 009.

3. Wahyu ketiga turun 3x19 kata. Wahyu ini terdapat pada surah nomor 073, ayat 001 sampai dengan 010.

4. Wahyu terakhir turun 1x19 kata. Wahyu ini terdapat pada surah nomor 110, ayat 001 sampai dengan ayant 003.

5. Jumlah suurah-surah dalam Alqur’an 6x19 surah.

6. Wahyu pertama turun itu terletak pada surah nomor 096, dan surah 096 ini pada bilangan ke 19 dari belakang.

Itu fakta yang pertama

7. Surah 096 adalah tempat wahyu pertama. Ternyata suurah ini terdiri dari 19 ayat saja.

8. Wahyu pertama turun, pada ayat 001 sampai dengan 005 pada suraah. 096 ini. Itu dengan tepat 4x19 huruf.

9. Suurah 096 tempat wahyu pertama itu, seluruhnya 285 huruf! Itu adalah 15x19.

10. Dan tengah-tengah Alqur’an adalah pada ayat 019 dari surah 018.

Itu fakta kedua

11. Sudah kita ketahui bahwa data pertama itu secara cermat pada 19 huruf, yang terkelompok dalam kata bi ism Allaah dan Arrahman Arrahim.

Ternyata, kata ism pada Aqur’an hanya 19 buah.

12. Kalimat yang bertulis Allah, terdapat 142x19.

13. Kalimat Arrahman terdapat 3x19

14. Kalimat ArRahiim ada 6x19

Itulah fakta yang ketiga. Dan seterusnya dapat dilihat kembali buku Risalah Rabbi ku: One Million Phenomena Good News for Modern Men tulisan Fahmi Basya

Nah yang di atas ialah dari orang matematika. Bahkan menurut Quraiys Shihab (1992) banyak contoh ditemukan dalam Alqur’an tentang keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang, antara lain:

A. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan atonimnya.

1. A-hayah (hidup) dan al-mawt (mati), masing-masing sebanyak 145 kali.

2. Al-naf’ (manfaat) dan al-madharrah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali.

3. Al-har (panas) dan al-bard (dingin) masing-masing 4 kali

4. As-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi’at (keburukan), masing-masing 167 kali.

5. Al-Thama’ninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan/ kekesalan) masing-masing 13 kali.

6. Al-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin), masing-masing 8 kali.

7. Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali.

8. Kufr (kekufuran) dan iman (iman) dalam bentuk indefinite masing-masing 8 kali.

9. Al-shayf (musim panas) dan al-syita’ (musim dingin) masing-masig 1 kali.

B. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/ makna yang dikandungnya

1. Al-harts dan al-zira’ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali

2. Al-’ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/ angkuh), masing-masing 27 kali

3. A-dhallun dan al-mawta (orang sesat/mati [jiwanya]), amsing-masing 17 kata.

4. Alqur’an, alwahyu, dan al-islam (Alqur’an, wahyu,dan Islam) masing-masing 70 kali.

5. Al-’aql dan al-nur (akal dan cahaya) masing-masing 49 kali

6. al-jahr dan al-’alaniyah (nyata), masing-masing 16 kali.

C. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan pada akibatnya.

1. Al-infaq (infak) dengan al-ridha (kerelaan), masing-masing 73 kali.

2. Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali

3. Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-ahraq (neraka/pembakaran), masing-masing 154 kali.

4. Al-zakah (zakat/penyucian) dengan al-barakat (kebajikan yang banyak), masing-masing 32 kali.

5. Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadhb (murka), masing-masing 26 kali.

D. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.

1. Al-maw’izhah (nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali

2. Al-israf (pemborosan) dengan al-sur’ah (ketergesa-gesaan), masing-masing 23 kali.

3. Al-asra (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing 6 kali

4. Al-salam (kedamaian) dengan at-thayyibah (kebajikan), masing-masing 60 kali.

E. Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus.

1. Kata yawn (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmani), jumlah keseluruhannya hanya 30, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti ”bulan” (syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

2. Alqur’an menjelaskan bahwa langit ada ”tujuh”. Penjelasan ini diulanginya sebanyak 7 kali pula, yakni dalam ayat-ayat Albaqarah: 29, Al-Isra’: 44, Al-Mu’minun: 86, Fushilat: 12, Al-Thalaq:12, Al-Mulk:3 dan Nuh:15. Selain itu penjelasannya tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam 7 ayat,

3. Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasul (rasul), atau nabiyy (nabi), atau basyir (pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan) keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi,rasul, dan pembawa berita gembira tersebut yakni 518 kali

Nah, kesimpulannya tidak apa-apa kita mengaitkan dengan seperti itu. Itu keajaiban dalam alqur’an. Bukti-bukti dalam Alqur’an yang tidak dapat kita pungkiri, bahwa itu bukan perbuatan manusia dan bukan pula sesuatu yang kebetulan.
Maha benar Allah dalam segala firman-Nya.

__________________

Curiculum Vitae Narasumber


Nama : Drs. Charis Muanis
TTL : Boyolali, 6 September 1960
Alamat : Kantor DEPAG Kota Surakarta

Pendidikan:
KMI Pondok Modern Gontor Ponorogo
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fak.Adab Jur.Sastra Arab

Riwayat Pekerjaan:
Guru SMA Muh 3 Boyolali (1980-1990)
Ustadz PPMI Assalam Surakarta (Bhs.Arab, balaghoh, kitab kuning) th 1997-2005
Guru & pengasuh pondok Hadil Iman MAPK Surakarta (1997-2005)
Dosen IIM Ska (1999-2001)
Dosen Akbid IIM Ska (2001-2003)
Ustadz Ma’had Ali PP Ta’mirul Islam (2006-2008)
Dosen Akper PKU & AKBID Muh Surakarta (1995-sekarang)
Seksi Penerangan Agama Islam Departemen Agama Kota Surakarta

Selasa, 06 Oktober 2009

KEPERKASAAN ALLAH -GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER 2009

KEPERKASAAN ALLAH

GEMPA PADANG Rabu, 30 September 2009

(by: Evidanika Nifa Mertia)

Tentu kita masih ingat kejadian gempa yang melanda Padang. Gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter meluluhlantakkan ranah Minang. Sampai H+2 ulasan-ulasan di televisi melulu mengenai tinjauan secara ilmiah. Penjelasan singkat dari Kepala Badan Geologi Departemen ESDM bahwa sebab utama terjadinya gempa ialah akibat tumbukan lempeng Hindia dan Asia. Lempeng tektonik Samudera Hindia menghujam di bawah lempeng Asia yang berada di Sumatra. Energi yang dilepaskan itu mengakibatkan gempa. MasyaAllah. Namun kita sendiri tidak menyadari ada apa di balik gempa itu, kenapa terjadi, siapa yang membuat dan menciptakan gempa itu? Meskipun secara ilmiah telah ada alat pendeteksi gempa, tapi apakah manusia mampu memprediksi kapan akan terjadi gempa? Nanti 5 menit lagi, 10 menit, 1jam lagi mungkin?

Ya, karena terjadinya gempa itu adalah kehendak Allah SWT. Allah yang telah menggerakkan lempengan itu hingga bertumbukan. Allah telah mengizinkan semua itu terjadi. Semua telah ada dalam Alqur’an yang pada akhirnya baru setelahnya dibuktikan lewat penelitian-penelitian ilmiah tersebut. Subhanallah.

Berikut ini adalah keperkasaan Allah melalui gempa yang telah termaktub dalam ayat-ayat-Nya. Ohya ini penulis dapatkan saat kajian tafsir yang diisi oleh Drs.Charis Muanis:

1. Gempa Padang pertama Pukul 17:16-(AlQur’an Surat 17: Ayat16)- Al Isra’:16

“dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

2. Gempa Padang keduaPukul 17:58- (Alqur’an Surat 17: Ayat 58)- Al Isra’: 58

“tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).”

3. Tanggal 30 bulan September (QS.30: 9)- Arrum: 9

“dan Apakah mereka tidak Mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebihkuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak Berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang Berlaku zalim kepada diri sendiri.”

4. Gempa di Jambi Pukul 08:52 (Q.S. 8: 52) Al Anfal : 52

“(keadaan mereka) serupa dengan Keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. mereka mengingkari ayat-ayat Allah, Maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Amat keras siksaan-Nya.”

5. Gempa di Tasikmalaya Pukul 15:04 (Q.S 15: 4) Al Hijr : 4

“dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan.”

6. Gempa di Manokwari Pukul 10:36 (QS 10: 36) Yunus: 36

”dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.”

Manokwari dijadikan sebagai ’negara Injil’. Daerah yang penuh dengan warga nasrani. Pendeta-pendeta dan penduduk di Manokwari mengagungkan aqidahnya yang disangka benar.Pada akhirnya aturan-aturan nasrani konon akan dijadikan dan dimasukkan ke dalam perda di Manokwari. Padahal dalam Alqur’an pun telah sangat jelas bahwa Agama yang paling benar di sisi Allah hanyalah Islam. Kebanyakan mereka tak mendengar dan tidak mengikuti, kecuali persangkaan saja. Subhanallah, cocok sekali dengan Yunus ayat 36 tersebut.

MUSIBAH DALAM STRATA MANUSIA MENURUT ALQUR’AN

Banyak sekali dalil-dalil dalam alqur'an yang menyatakan bahwa siapa saja tidak dibiarkan untuk diuji. sedangkan ujian itu macam-macam. Diantaranya adalah limpahan nikmat dan musibah. Ujian yg berat justru ujian yg berkaitan dg kenikmatan. Saya tdk menghakimi tentang peristiwa tsunami Aceh dan gempa Padang.

Secara hukum umum ada 4 strata manusia:

1. Posisi manusia yang pertama ditempati oleh manusia yang beriman. Orang-orang yang beriman perbuatannya didominasi oleh kebaikan-kebaikan, sesuai dengan syariat. Orang yang demikian jika mendapatkan musibah maka tarafnya ialah sebagai UJIAN. Apabila ia meninggal dalam musibah itu ia pasti masuk surga. Apabila ia diberi hidup dalam musibah itu maka hidup orang itu ialah sebagai ujian. Logikanya, yang namanya ujian misalnya ujian semester pasti ialah untuk kenaikan level yang lebih tinggi. Begitu halnya ujian dalam musibah ini.

2. Posisi manusia kedua ditempati oleh manusia yang setengah-setengah. Orang-orang tersebut melakukan sholat, zakat, puasa, dan syariat lain tetapi ia juga mau mabuk-mabukan, membiarkan kedzoliman, tidak ada amal makruf nahi munkar, acuh tak acuh terhadap kebaikan. Orang yang demikian jika mendapatkan musibah maka tarafnya adalah sebagai PERINGATAN. Apabila ia mati ia belum tentu masuk surga. Sedangkan apabila Allah masih menghendaki orang itu hidup maka hidupnya pun sebagai peringatan.Peringatan untuk bertaubat atas segala perbuatan jahat dan maksiatnya, peringatan untuk mendominasi ibadahnya.

3. Posisi manusia ketiga ditempati oleh orang yang mendominasi perbuatannya dengan keburukan dan kejahatan. Kalau orang ini mendapatkan musibah maka tarafnya adalah sebagai HUKUMAN/SIKSAAN. Orang ini kalau mati banyak jalannya ke neraka. Kalau hidup sebagai siksaan

4. Posisi keempat ialah buruk, sama dengan manusia posisi tiga tetapi tidak ada musibah. Namanya ISTIDROJ. Hanya dilulu Allah (dalam bahasa Jawa) . Dibiarkan tanpa peringatan (musibah) .

Bagaimana dengan Aceh? Padang? Dua-duanya ini lebih baik dari daerah-daerah lain. Ditinjau dari segi perda banyak yang mendekati syariah. Maka terhadap Aceh dan Padang, Allah menyayangi, mencintai, dalam bentuk musibah. Nah, dimanakah level manusia di Padang ini? Ada yang posisi 1,2,3 di atas.

Allah pada dasarnya menginginkan iman, Allah menunjukkan pada manusia lewat Alqur’an. Tetapi apa yang terjadi di masyarakat? Masyarakat malah menolak iman, menolak petunjuk, mendustakan nabi, acuh tak acuh terhadap kebenaran, kemurtadan, berleha-leha dalam kekayaan, membiarkan kedzoliman. Kondisi masyarakt demikian berarti tidak memilih petunjuk Allah. Padahal Allah memberi petunjuk, memerintahkan. Maka muncul masyarakat hedonis. Amal makruf nahi munkar tidak jalan, membiarkan pemurtadan, acuh tak acuh, dll. Pada akhirnya masyarakat didominasi oleh masyarakat hedonis seperti ini. Kalau dominan muncul tatanan masyarakat yang rusak. Sehingga muncul ketidakadilan, kecemburuan, persaingan tidak sehat, semua itu memunculkan kerusakan tatanan dalam berbagai level kehidupan. Kerusakan dalam hal Undang-undang (UU), tatanan, perda, adat, dll. Inilah yang dinamakan KERUSAKAN.

Bagaimana Fenomena di Ranah Padang?

Kejadian gempa padang tersebut membuat penulis membuka kembali tulisan tahun 1999 oleh Ketua MUI Sumbar, Prof.Dr.Amir Syarifuddin mengenai “Pemurtadan dalam Lingkungan Adat Basandi Syara”. Ternyata satu dasawarsa lalu telah ada peringatan dari tokoh MUI tentang peristiwa pemurtadan yang terjadi di ranah Minang.

Menurut Prof. Dr. Amir Syarifuddin (Ketua MUI Sumbar, 1999) bahwa dalam kehidupan masyarakat Minangkabau ada dua hal yang menyatu (tidak bisa dipisahkan), dibuang salah satu diantaranya, apalagi menghilangkan keduanya sekaligus yaitu adat dan agama. Seburuk-buruknya orang minang tidak akan mau dikatakan sebagai orang tidak beradat atau orang tidak beragama. Hal itu menunjukkan orang Minang dari dulunya telah menyepakati dua hal tersebut menjadi syarat untuk disebut sebagai orang Minang. Kedekatan adat dengan agama bagi masyarakat Minangkabau sering diibaratkan dengan pepatah: ”Ibarat aua jo tebiang, sanda menyanda kaduonyo”. Tebing akan kuat tertahan dari kelongsorannya karena ditopang oleh aur, sedangkan aur menjadi kuat tegaknya karena ditumpu oleh tebing. Fungsi keduanya dalam adat dijelaskan dalam pepatah syara ’mangato adat mamakai”, sedangkan hakikat adat itu sendiri dijelaskan dalam pepatah: adat basandi syara’ dan syara’ basandi kitabullah”. Terlepas dari kontroversi pendapat apakah pepatah itu hanya slogan atau harapan atau kenyataan yang jelas orang Minangkabau beradat (yaitu adat Minangkabau) dan beragama (yaitu Islam).

Dalam suatu kesepakatan pemuka adat dan agama yang diadakan pada tahun 1952 diperjelas status orang Minang dari segi asal usul keturunan dan dari segi agama yang dianut dengan sebutan: ”Berasal dari puncak gunung merapi dan berkiblat ke Masjidil Haram”. Kesepakatan ini mempertegas status orang Minang orang disamping asal-usulnya, ialah beragama Islam.

Akhir-akhir ini terbetik berita ada orang Minang yang telah masuk agama nasrani. Baik kristen maupun Katholik. Berita ini cukup menghebohkan masyarakat Minang, baik yang di rumah maupun yang di perantauan, dan menjadikan mereka seperti kebakaran jenggot. Apakah yang diberitakan itu fakta atau isu. Bahwa telah ada orang Minang yang Murtad dari agamanya adalah fakta, tetapi jumlah sudah begitu banyak dan mencapai tiga digit adalah isu yang perlu diteliti kebenarannya. Kekagetan orang Minang atas fakta dan berita itu karena selama ini terlalu percaya diri bahwa orang Minang beradat, dan sepanjang ia beradat, tidak mungkin keluar dari agama yang dianutnya. Orang yang menganut agama selain Islam, ia bukan hanya dikatakan tidak beragama tetapi juga sekaligus dikatakan ia tidak beradat (Minang). Oleh karena itu menurut anggapan orang Minang sangat mustahil orang Minang keluar dari agama Islam.

Setidaknya ada tiga atau penyebab terjadinya murtad yang merupakan pertanda dari hilangnya ketahanan adat dan agama itu. Ketiga sebab tersebut yakni:

Pertama, orang Minang akhir-akhirnya ini terlihat begitu ’cayah’ dalam bergama secara umum dan terhadap kemurtadan secara khusus. Cayah di sini diartikan tidak begitu peduli atau tidak begitu ngeri menghadapi pindah agama itu atau sudah menganggap biasa hal tersebut. Bagi orang Minang dahulu sebagaimana dirasakan sewaktu kecil dulu, begitu ngeri mendengar akan berganti agama. Menyebut kata gereja, dibaptis masuk kristen dan yang sederajat dengan itu dirasakan begitu asing dan menakutkan. Orang tua menjelaskan kepada anak-anaknya, guru menyampaikan kepada murid-muridnya, nenek dan kakek bercerita kepada cucunya menjelang tidur, para penceramah dan ustad-ustad menjelaskan kepada para jamaahnya begitu besar dosa yang akan diterima oleh orang yang murtad. Belakang ini hal-hal yang mempertakuti orang pindah agama itu sudah mulai kurang kedengaran.

Kedua, selama ini keterpaduan adat dan agama begitu dirasakan. Syara’ mengato adat mamakai dapat dirasakan dalam pengenaan sanksi adat terhadap anak kemenakan yang melakukan pelanggaran terhadap ajaran agama. Sanksi adat yang ditimpakan oleh pemuka adat terhadap anak kemenakan yang melakukan perbuatan maksiat sering dirasakan berat dan menakutkan dibandingkan dengan sanksi pidana yang ditimpakan pengadilan. Pezina digunduli, barang yang dicuri dikalungkan di leher pencuri kemudian diarak keliling kampung, orang murtad dibuang sepanjang adat. Hal-hal ini sangat terkesan di hadapan anak kemenakan. Cara-cara seperti ini tidak pernah kedengaran lagi dilakukan oleh para pemuka adat meskipun pemuka agama tetap menyatakan bahwa yang demikian suatu dosa yang harus dijauhi. Dapat dikatakan bahwa syara’ tidak dipakai lagi oleh adat. Akibatnya segala bentuk perbuatan maksiat dan munkar kelihatannya telah merajalela di lingkungan masyarakat beradat dan beragama sebagaimana yang berlaku di luar minangkabau.

Ketiga, selama ini kita selalu optimis dan berpuas diri bahwa orang Minang itu beragama Islam dan tidak ada orang Minang yang tidak Islam. Dalam situasi berpuas diri itu kita menyadari bahwa arus kristenisasi global telah berlangsung meskipun lambat namun meyakinkan, secara khusus telah memasuki alam Minangkabau dari berbagai jalur seperti pendidikan, kesehatan, bantuan kemanusiaan, dsbg. Akhir-akhir ini kita begitu lengah. Walaupun kita tahu arus kristenisasi akan berlangsung, namun kita menyangka bahwa itu masih jauh dan oleh karenanya belum diambil tindakan berhati-hati.

Masya Allah semoga kita bisa mengambil hikmah dari peristiwa gempa ini. Maha benar Allah dalam segala firman-Nya.


________________


Curiculum Vittae Narasumber


Nama : Drs. Charis Muanis
TTL : Boyolali, 6 September 1960
Alamat : Kantor DEPAG Kota Surakarta


Pendidikan:
KMI Pondok Modern Gontor Ponorogo
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fak.Adab Jur.Sastra Arab

Riwayat Pekerjaan:
Guru SMA Muh 3 Boyolali (1980-1990)
Ustadz PPMI Assalam Surakarta (Bhs.Arab, balaghoh, kitab kuning) th 1997-2005
Guru & pengasuh pondok Hadil Iman MAPK Surakarta (1997-2005)
Dosen IIM Ska (1999-2001)
Dosen Akbid IIM Ska (2001-2003)
Ustadz Ma’had Ali PP Ta’mirul Islam (2006-2008)
Dosen Akper PKU & AKBID Muh Surakarta (1995-sekarang)
Seksi Penerangan Agama Islam Departemen Agama Kota Surakarta


Jumat, 02 Oktober 2009

cara mengatasi pasangan oVErprotectiVe

apalagi sih?

”Pakai delete nama teman, aku kan juga punya privasi.”

Kadang sebel juga kalau pasangan kita overprotective. blm juga jadi suami kita, gimana nanti kalau udah jadi suami kita.

Biasa2 keluar rumah untuk sekedar berinteraksi dan beraktualisasi diri, kita ga bisa.

Tenang... yg penting jangan jadi berantem gara2 ini. Masih ada banyak cara wad ngebales (loh? bukan solusi yea? hehehe).

Ini nihhh jiwa qyue sebagai seorang Psikolog Cinta keluarrrrr. Mu bagi2 tips wad readers. (wakakakkakka... padahal biasanya orang yg suka kasih nasihat cinta, nasib cintanya lom tentu semujur pasangan yg dinasihatin. Ohh Em Jiii, I hope NOT).

yahhh.. kamsudnya langsung ajjah arghhhh adalah gimana caranya ngadepin pasangan yg over protective. (sebenarnya aku belum mempraktekkan semuanya sihhh, tapi perlu dicoba!)

1. komunikasi

biasanya pasangan yg overprotektiv itu orangnya mau tahu apa yang kita lakukan setiap waktu. Nah daripada dia berprasangka yang gak gak tentang diri kita, kek pergi dengan siapa, keperluannya apa, dll jadi lebih baik kita yang ngasih kabar duluan. Dalam hal ini pentingnya saling mengabari keadaan adalah salah satu cara untuk membangung komunikasi. Jika salah satu ngasih tau, ”yanx, aku lagi sama temen2. Nih ru ada urusan forum” misalnya gitu kan pasangan merasa dihargai keadaannya dan ini juga mengembangkan sikap terbuka. Jika patner dah memberi info yg jelas otomatis pasangan tidak akan mencari2 tahu apa yg dilakukan pasangan di balik aktivitasnya pada orang lain. Dari situ pasangan akan terbiasa melakukan interaksi pada akhirnya melekat rasa saling membutuhkan untuk saling sharing.

Awalnya memang sulit melakukan hal ini. Pikiran kita, ngapain ngasih tau semua kegiatan di luar dia. Tapi namanya juga membiasakan.. toh harapan ke depan kan menjadi pasangan hidup? (ini yg pya visi misi lohhh, klo yg Cuma main2, ke laut ajjah hahahhahha). Salah satu dari kita harus bisa memulai duluan. So, berhubung kamu yg lebih dulu baca artikel ini n lebih duluan tahu apa pentingnya ngasih kabar yaa lakuin lah, jangan malu memulai hal yg baik lebih dulu. Nanti lama2 pasangan mu akan timbal balik n melakukan hal yg sama. (laa kalo ga? Yaaa risiko Lo, wkwkwkkwkw). ”saling memberi tahu kabar” adalah salah satu contoh. Contoh yg lain cari sendiri yaaghhh..

2. trustworthy

Apabila komunikasi sudah terjalin bagus, pasangan tinggal menanamkan rasa saling percaya dan menjaga kepercayaan. Sikap terbuka yg telah dibina melalui komunikasi akan menumbuhkan trustworthy dg sendirinya. Tinggal dijaga. Yooo musti inget semua tingkah laku ada yg mengawasi yaitu Tuhan. Jangan lah membohongi pasangan anda. Disamping dapet dosa hal ini juga akan merusak hubungan kalian.

3. jangan balas dendam

Ups? Balas dendam? Berpikir dua kali donk. Kalau pasangan Anda overprotective, anda jg ngebales over protective? Apa bedanya sama doggies yg di ikat lehernya tuhh. Dunia menjadi penuh kekangan. Ga bisa bebas, karena dua belah pihak saling menuntut.

Ketiga hal diatas tidak akan sekedar menjadi teori jika tidak diimplementasikan (ciehhh gaya bahasanya bo’ beratttt). Yaa gitu lahhh semoga bermanfaat yea ciao!!!