sedikit celah;

sedikit celah; layaknya jendela untuk kau lebih jauh mengenalku...

Rabu, 20 Mei 2009

Akreditasi Kampus Psiko mu Keluar Lohhh... (Lets pray 2gether) bow our head..

Gosip hangat di kampus psikologi hari ini ...
*besok libur (ye, semua dah pada tau yak? huuuu)
Kuurungkan niat untuk gosip akh, ndak duso kan dilarang agama ta bergunjing. Cuma lagi ada info seminggu lagi akreditasi. Semoga akreditasi yang keluar A untuk kampus Psiko tercinta ini. Hmm...

Btw, kapan coba aku seminarnya? Malah nih denger2 harus ikut minimal 5x seminar orang lain baru bisa seminar proposal.. akh ada2 aja. Mau lulus aja kok di ngel2. Masya allah.. mudah2an aku bisa selalu sabar dan ikhlas menjalani ini mua. Aku sendiri sudah butek banget ditanyain sapa2 kapan wisuda dll. Ohh, begini nih nasib semester akhir. padahal usia n wajah qyue kan masih seimoet ini.. heehehe..

Ga papa, harus tetep semangat, Nif! Terus berjuang!! Maju perut, pantat mundur.
rawe-rawe rantas, malang-malang jogja solo. haiyah!

Salam terakhir (tapi bukan salam karena mu meninggalkan dunia yang indah ini), wad temen-temenku di psikologi UNS, yang jarang2 nongol n ketemu di kampus, pada sibuk dengan masa depan masing2 (ada yg ngerjain skripsi, kerja, pacaran alias persiapan married, etc) mwaaaachhh kangen ma kalian mua. Saling mendoakan yea... Sukses selalu!

Minggu, 17 Mei 2009

Penting

Wad sesama rekan-rekan artis, Nifa minta maaf... semalam aku gak bisa hadir di acara Indonesian Movie Awards.

Sabtu, 16 Mei 2009

Psikoterapi Untuk Orang Yang Akan Meninggal Dunia

"Dokter memvonis saudara kamu hanya berumur dua tahun lagi".
Tiba-tiba kamu merasa iba mendengar berita tersebut. Sebagai saudara perasaan kamu pasti ikut kacau, apalagi apa yang dirasakan oleh orang tersebut.
Okeyh, di sini akan diulas mengenai psikoterapi untuk orang yang akan meninggal. Kebetulan tadi aku lagi baca-baca jurnal penelitian tentang hal tersebut. Namun, sayangnya dalam bahasa Inggris. Aku pikir, readers udah pada pandai bahasa Inggris, jadi aku cuplikkan kesimpulan jurnal tersebut.

What Can Psychotherapy Offer the Dying Person?

Basically psychotherapy offers the dying person much the same that it offers anyone - a supportive relationship in which the individual has opportunities to work on significant personal concerns. The unique life situation of the dying person places limits on the process of therapy and demands greater modesty on the part of therapists regarding possible outcomes. Regardless of theoretical orientations therapists working with dying patients rely first and foremost on communication. Therapy is best used as a forum for exchanging information, educating, expressing fears, and discussing needs.

What are the Goals of Therapy with Dying Patients?
The major goals of therapy with the dying patient can be summarized in a few simple statements.
1. To allow open communication with patients regarding their conditions, and to provide honest, factual information about those conditions.
2. To facilitate the expression of important emotions and to help patients learn to manage these emotions as well possible under the circumstances.
3. To provide a relationship in which patients can experience support in the confrontation with death.
4. To intervene between patients and other significant people such as family, friends, and medical staff.

(Nah, bagi temen2 yang mau jurnal tersebut kontak ajah emailku, tar aku kirimkan gituu... Met belajar yagh!)

Regards..

Jumat, 15 Mei 2009

Syarat-syarat Pakaian yang Memenuhi Rasa Keindahan, Peradaban, dan Kesusilaan

Sekarang nih jaman pake baju kurang2 kain. Masya allah semua aurot keliatan. Aku inget betul. Saat aku kecil, duduk dengan rok menyingkap sedikit aja udah di"ssttt" sama simbah/eyang. Tapi yang ada sekarang? di mall n everywhere, wanita2 mempertontonkan aurotnya dengan gratisnya. Celana yang super duper pendek, baju tanpa lengan alias kemben dipake di tempat2 umum. (Dampak global warming kah? haduhh). Apakah mereka ga punya simbah atau eyang yang mengingatkan yah?? Padahal ada lohh syarat-syarat Pakaian yang Memenuhi Rasa Keindahan, Peradaban, dan Kesusilaan.
Keyh, mari kita simak. Syarat-syarat Pakaian yang Memenuhi Rasa Keindahan, Peradaban, dan Kesusilaan ialah sebagai berikut:
1. Bagian tubuh kita tertutup dengan sebaik-baiknya, kecuali bagian tubuh yang tidak perlu ditutup (kayak muka, telapak tangan)
2. Seseorang dikatakan rapi, necis jika pakaian yang ia kenakan itu nampak teratur sebagaimana mestinya, Bagian leher, kancing baju, cara memasukkan kemeja pada orang laki2, semua serba teratur rapi.
3. Berpakaian di samping harus rapi hendaklah pula mengingat keharmonisan dan keserasian. artinya baik warna potongan pakaian yang dikenakan hendaklah selalu tampak atau memberi kesan harmonis.
4. Berpakaian hendaklah selalu disesuaikan dengan waktu, tempat dan keperluan.
Dengan demikian pakaian pesta, pakaian untuk tamasya, pakaian untuk keperluan melawat orang kesusahan, pakaian pagi, pakaian sore, dll hendaklah selalu memperoleh perhatian dan selalu disesuaikan.

Resep Masakan: Kakap Bakar n Gudeg Jogja

Wahh tumben banget nih, aku mau masak. Biasanya aku paling males bau bawang. Tau ga, tadi aku masak kakap bakar lohhh. Trus sama Gudeg djogdja, euy.
Nah, biar ga mubadzir niy aku mu share resep masakannya.

Untuk sayur Gudeg

Bahan:
Nangka muda, telur, separo ayam sedang, 1/2 butir kelapa, 3 lembar daun jati.

Bumbu:
3 biji bawang merah, 4 siung bawang putih, 1 sendok teh ketumbar, 6 butir kemiri, 2 potong laos, 1/4 sendok teh terasi, 3 lembar daun salam, 1 sendok makan garam, 2 sendok makan gula merah, dan vitsin

Cara Memasaknya:
Rebuslah telur dan parutlah kelapa. Nangka muda dipotong-potong agak kasar setelah dicuci terlebih dahulu. kemudian rebuslah dengan daun jati, supaya timbul warna merah, sehingga lunak. Tiriskan lalu memarkan. Haluskan bumbu-bumbu kecuali daun salam dan laos. Masukkan ke dalam panci bersama santan, potongan ikan ayam dan nangka muda yang telah memar. Tambahkan daun salam dan laos. rebus terus hingga santannya habis.
Terakhir, masukkan telur rebus yang telah dikupas, ditambah santan kental dan rebuslah hingga santan habis.


Resep Ikan Kakap Bakar

Bahan:
1 kg ikan kakap

Bumbu:
Ketumbar secukupnya, 5 siung bawang putih, jeruk nipis (untuk menghilangkan bau amis), gula jawa merah

Cara Memasaknya:
Haluskan bumbu tersebut, masukkan bumbu beserta gula merah ke dalam wajan dengan ditambahkan air. Bubuhkan jeruk nipis. Tunggu hingga air habis.
Panggang dan siap dihidangkan

Selamat mencoba yahhhh...Met Makan

Rabu, 13 Mei 2009

Gimana Cara Enjoy dalam Melakukan Sesuatu

"Dek, kapan wisuda?" Ini dia yang selalu ditanyakan sama oangtuaku, pacarku, sobat2ku.. Harus termotivasi lewat ini, tapi malah jadi beban.. aw, ga 'dioyak-oyak' ajah udah terbebani dengan skripsi apalagi digituin (Manusiawi banget). Kalau ternyata kita mengeluhkan hal tersebut berarti secara psikologis belum enjoy dengan apa yang dilakukan.

So, bagaimana cara kita supaya bisa enjoy dalam melakukan suatu hal?
1. Niatkan ibadah
Yang dimaksud ibadah yaitu mengerjakan sesuatu kebaikan dengan niat hanya karena mengharapkan ridho Allah SWT semata. Caranya ialah dengan menanyakan pada diri Anda masing-masing, Apakah sesuatu hal yang Anda kerjakan tersebut adalah keinginan Tuhan?
2. Ikhlas
Mari kita breakdown apa hakikat ikhlas itu. Ikhlas ialah melakukan segala sesuatu dengan dengan senang hati, apakah pekerjaan itu sulit atau mudah. Mood yang menyenangkan akan membuat pekerjaan Anda terasa ringan.
3. Terapkan sistem rewards n punishment
Beri rewards atau hadiah jika pekerjaan Anda berhasil diselesaikan dengan baik dan memuaskan sesuai dateline, sebagai penguat (reinforcement) untuk memunculkan kembali tingkah laku tersebut.
Beri punishment atau hukuman jika Anda gagal melakukan pekerjaan terasebut.
Hal ini supaya tingkah laku seperti ini tidak muncul kembali.
(Hal ini seperti nadzar pada diri Anda).
4. Pastikan Anda tersenyum.
Beberapa jurnal penelitian menyebutkan bahwa senyum dapat mengalirkan energi
positif dalam diri Anda. Hanya dengan senyuman efeknya sangat besar pada
sistem syaraf kita. So, keep smiling!

Okeyh, segitu mungkin yang bisa aku share kan. Kalau ada tambahan bisa lewat comment atau emailku. Ganbate!

Senin, 11 Mei 2009

DAMPAK PERCERAIAN TERHADAP ANAK

Dampak Perceraian terhadap Anak

1. Reaksi berbeda

a. Reaksi anak berbeda-beda terhadap pereceraian orang tuanya. Semua tergantung umur, intensitas, serta lamanya konflik yang berlangsung sebelum terjadinya perceraian. Setiap anak menanggung kadar yang berbeda-beda.

b. Anak yang yang orang tuanya bercerai, terutama yang sudah berusia sekolah atau remaja biasanya merasa ikut bersalah dan bertanggung jawab atas kejadian itu.

c. Bagi anak-anak perceraian merupakan kehancuran keluarga yang akan mengacaukan kehidupan mereka è munculnya rasa cemas masa kini dan masa depannya è anak merasa menderita

2. Akibat emosional

a. Dalam suatu perceraian orang tua mencurahkan seluruh waktu dan uangnya untuk saling bertikai.

b. Mereka hanya memiliki waktu atau usaha untuk mengurangi akibat emosional yang menimpa anak-anaknya.

3. Sampai dua tahun

a. Dua tahun pertama setelah terjadinya perceraian merupakan masa-masa yang amat sulit bagi anak. Mereka biasanya kehilangan minat untuk pergi dan mengerjakan tugas-tugas sekolah, bersikap bermusuhan, agresif depresi, dan dalam beberapa kasus ada yang bunuh diri (Bugeiski dan Graziano) (dalam www.kompas.com).

b. Anak-anak yang orang tuanya bercerai menampakkan beberapa gejala fisik dan stress akibat perceraian tersebut, seperti insomnia, kehilangan nafsu makan, dan beberapa penyakit kulit.

4. Takut menjalin hubungan

a. Tidak pede dan takut menjalin kedekatan (intimacy) dengan lawan jenis è karena menganggapnya sama dengan ayah dan ibunya yang telah menghancurkan keluarganya è pacaran—putus, pacaran—putus.

b. Anak menjadi apatis è menarik diri atau sebaliknya

c. Self-esteem anak turun. rasa bersalah sangat besar, dendam pada orang tuanya è narkoba, alcohol, dan yang ekstrem, muncul pikiran untuk bunuh diri.

5. Anak merendahkan salah satu orang tua

a. Tidak ada rasa percaya pada orang tua.

b. Terlalu mengidentifikasi salah satu orang tua.

Tinjauan Psikologis

Tumbuh kembang anak seutuhnya dipengaruhi oleh empat factor yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya (Hawari, 1997), yaitu:

1. Faktor organobiologik

è Perkembangan mental intelektual dan mental emosional

è Pada kasus perceraian orang tua faktor ini kurang terpenuhi pada anak.

2. Faktor psiko- edukatif

è Unsur utamanya adalah kasih sayang

è Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi keluarga mempunyai risiko lebih besar untuk terganggu tumbuhkembang jiwanya è karena kurangnya curahan kasih sayang orang tua karena perceraian.

3. Faktor social-budaya

è Dampak anti social anak atas perceraian orang tua mereka è hal ini sangat bertolak belakang dengan poin ini.

4. Faktor spiritual

è Orang tua mempunyai tanggung jawab besar terhadap tumbuh kembang anak agar bila dewasa kelak berilmu dan beriman.

Perceraian senantiasa memberi dampak yang negatif. Berawal dari hal tersebut, maka perlu dicari usaha-usaha untuk menanggulanginya.

Hal-hal sebaiknya dilakukan orangtua yang akan atau telah bercerai agar tak terlalu berdampak negatif pada anak:

1. Sejak awal, kalau bisa libatkan anak dalam proses perceraian. Paling tidak, anak akan merasa didengarkan, tidak hanya menerima perceraian orangtuanya secara tiba-tiba.

2. Jika perceraian terjadi, usahakan me-maintain rutinitas keluarga tetap seperti sediakala. Misalnya, tetap berkumpul bersama. Usahakan situasi tidak hilang begitu atau berubah total. Buatlah masa-masa transisi yang smooth, supaya anak juga bisa merasakan, 'Oh, mereka sudah tidak bersatu lagi tapi mereka masih sayang sama saya, saya juga masih bisa mendapatkan apa yang saya butuhkan dari mereka.'

3. Jangan ingkar janji. Kalau memang pernah berjanji untuk tetap selalu bertemu anak setelah perceraian, penuhi itu. Ini akan membangun rasa percaya (trust) anak pada orangtua. Ingat, tidak ada yang namanya bekas anak atau bekas orangtua.

4. Sebisa mungkin lebih terlibat dengan kegiatan sekolah anak, serta memberi dukungan yang dibutuhkan anak. Mungkin anak punya ketakutan, 'Wah nanti saya enggak bisa dijemput Papa-Mama lagi,' dan sebagainya.

5. Hindari pertentangan. Anak-anak sudah cukup menderita karena perceraian orangtuanya, jadi jangan tambah beban mereka dengan menentang mereka. Misalnya, salah satu orangtua merasa anak malah membela salah satu pihak, dan kemudian menyalahkan anak. Rasa marah, tak setuju, kecewa, itu merupakan proses anak dalam menghadapi perceraian orangtuanya. Justru anak harus dibantu mengungkapkan itu secara positif supaya tidak salah mengungkapkan.

6. Kalau memang perlu, libatkan dukungan pihak ketiga, misalnya kakek-nenek dalam masa transisi. Dan kalau memang merasa tak mampu mengatasi sendiri, berkonsultasilah dengan profesional.

(Hasto Prianggoro) (dalam www.tabloidnova.com)

Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan (sikap) orangtua orangtua agar anak sukses beradaptasi, jika perpisahan atau perceraian terpaksa dilakukan (dalam www.ums.ac.id) adalah :

1. Begitu perceraian sudah menjadi rencana orangtua, segeralah memberi tahu anak bahwa akan terjadi perubahan dalam hidupnya, bahwa nanti anak tidak lagi tinggal bersama mama dan papa, tapi hanya dengan salah satunya.

2. Sebelum berpisah, ajaklah anak untuk melihat tempat tinggal yang baru (jika harus pindah rumah). Kalau anak akan tinggal bersama kakek dan nenek, maka kunjungan ke kakek dan nenek mulai dipersering. Kalau ayah/ibu keluar dari rumah dan tinggal sendiri, anak juga bisa mulai diajak untuk melihat calon rumah baru ayah/ibunya.

3. Di luar perubahan yang terjadi karena perceraian, usahakan agar sisi-sisi lain dan kegiatan rutin sehari-hari si anak tidak berubah. Misalnya, tetap mengantar anak ke sekolah atau mengajak pergi jalan-jalan.

4. Jelaskan kepada anak tentang perceraian tersebut. Jangan menganggap anak sebagai anak kecil yang tidak tahu apa-apa, jelaskan dengan menggunakan bahasa sederhana. Penjelasan ini mungkin perlu diulang ketika anak bertambah besar.

5. Jelaskan kepada anak bahwa perceraian yang terjadi bukan salah si anak.

6. Anak perlu selalu diyakinkan bahwa sekalipun orangtua bercerai tapi mereka tetap mencintai anak. Ini sangat penting dilakukan terutama dari orangtua yang pergi, dengan cara berkunjung, menelepon, mengirim surat atau kartu. Buatlah si anak tahu bahwa dirinya selalu diingat dan ada di hati orangtuanya.

7. Orangtua yang pergi, meyakinkan anak kalau ia menyetujui anak tinggal dengan orangtua yang tinggal, dan menyemangati anak agar menyukai tinggal bersama orangtuanya itu.

8. Orangtua yang tinggal bersama anak, memperbolehkan anak bertemu dengan orangtua yang pergi, meyakinkan anak bahwa dia menyetujui pertemuan tersebut dan menyemangati anak untuk menyukai pertemuan tersebut.

9. Kedua orangtua, merancang rencana pertemuan yang rutin, pasti, terprediksi dan konsisten antara anak dan orangtua yang pergi. Kalau anak sudah mulai beradaptasi dengan perceraian, jadwal pertemuan bisa dibuat dengan fleksibel. Penting buat anak untuk tetap bisa bertemu dengan kedua orangtuanya. Tetap bertemu dengan kedua orangtua membuat anak percaya bahwa ia dikasihi dan diinginkan. Kebanyakan anak yang membawa hingga dewasa perasaan-perasaan ditolak dan tidak berharga adalah akibat kehilangan kontak dengan orangtua yang pergi.

10. Tidak saling mengkritik atau menjelekkan salah satu pihak orangtua di depan anak.

11. Tidak menempatkan anak di tengah-tengah konflik. Misalnya dengan menjadikan anak sebagai pembawa pesan antar-kedua orangtua, menyuruh anak berbohong kepada salah satu orangtua, menyuruh anak untuk memihak pada satu orangtua saja. Anak menyayangi kedua orangtuanya, menempatkannya di tengah konflik akan membuatnya bingung, cemas dan mengalami konflik kesetiaan.

12. Tidak menjadikan anak sebagai senjata untuk menekan pihak lain demi membela dan mempertahankan diri sendiri. Misalnya mengancam pihak yang pergi untuk tidak boleh lagi bertemu dengan anak kalau tidak memberikan tunjangan; atau tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan anak supaya pihak yang pergi merasa sakit hati, sebagai usaha membalas dendam.

13. Tetap mengasuh anak bersama-sama dengan mengenyampingkan perselisihan.

14. Memperkenankan anak untuk mengekspresikan emosinya. Beresponslah terhadap emosi anak dengan kasih sayang, bukan dengan kemarahan atau celaan. Anak mungkin bingung dan bertanya, biarkan mereka bertanya, jawablah pertanyaan tersebut baik-baik, dan bukan mengatakan "anak kecil mau tahu saja urusan ayah-ibu"