sedikit celah;

sedikit celah; layaknya jendela untuk kau lebih jauh mengenalku...

Kamis, 08 Oktober 2009

Bagaimana HUKUMnya Mengaitkan Waktu kejadian (Gempa) dengan Alqur'an? Hukum mengaitkan angka2 dalam alqur'an?

Assalamua’alaikum Wr. Wb.

Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan, rahmat, dan hidayah Allah SWT. Amien.

Hangat sekali dibicarakan tentang keperkasaan Allah melalui musibah gempa yang baru saja terjadi sepekan yang lalu. Keperkasaan Allah yang ditunjukkan melalului waktu kejadian gempa yang ternyata tepat dengan ayat dalam alqur’an. Sebelumnya penulis sudah memposting mengenai keperkasaan Allah – Gempa Padang 30 September 2009, Musibah dalam Strata Manusia. Nah, dalam suatu diskusi tersebut kebetulan ada yang menanyakan:

“Apakah boleh mengkait2kan spt itu, hukumnya halal, mubah, sunnah, haram, atau gmn, kan aku blm tau, bkn strata manusianya, klo ada dalil pembolehan gitu kan enak, besok2 klo ada gempa lagi kan bisa dotak atik alias DITELITI, (klo ada yg sesuai) atau bisa dicari ayatnya, maksuku gitu mbak, dll pernah tfsir WTC jg, cm pngn tau aja. aq nany kesana kemari memang yg lbh baik tak menghubung2kan...”

Lalu, bagaimana hukum tafsir yang mengkait-kaitkan seperti itu?

Berikut jawaban dari Drs.Charis Muanis (dosen tafsir penulis):

Tafsir Alqur’an itu terus berkembang. Ada tafsir yang sudah diterangkan oleh ulama-ulama salaf. Ada tafsir yg diterangkan oleh Nabi, ada tafsir yang diterangkan oleh ilmu pengetahuan. Nah, tafsir yang diterangkan oleh ilmu pengetahuan itu akan terus berkembang tergantung sampai di mana ilmu pengetahuan itu diketahui oleh manusia. Oleh karena itu menafsirkan Isra’Mi’raj (misalnya)- itu di zaman awal memakai pendekatan iman, meskipun sekarang juga pendekatan iman. Tetapi dulu pendekatan iman yang belum mampu membuktikan kekuasaan Allah. Kalau saat sekarang ini kita mengkaji isra’ mi’raj dengan ilmu pengetahuan saat sekarang kita akan lebih yakin, lebih mantap lebih mantap. Berarti kita menafsirkan isra’ mi’raj itu dengan iman (dulu), akan lebih mantap lagi kalau dengan ilmu pengetahuan, ada bukti2 ilmiah. Ilmu ini yang akan mengokohkan iman. Jadi iman yang tanpa ilmu itu akan mudah goyah/ miyar-miyur. Dari surat Al-Baqarah pun disebutkan ya beriman itu biar tidak miyar-miyur ya dengan ilmu. Maka orang seperti kelas Einstein itu mengatakan ilmu tanpa iman adalah buta (akan kemana?). Knowledge without religion is blind”- seperti halnya orang-orang Israel, Amerika. Tapi lawan katanya, ilmunya orang-orang arab, orang-orang islam pada umumnya iman agama tanpa ilmu…ya lumpuh. Seperti kebanyakan dunia-dunia Islam menggunakan kategori ”religion without scienc is lampe”. Belum imbang antara agama yang ditopang dengan ilmu pengetahuan yang ada dalam sebuah agama.

Alqur’an itu isinya ilmu pengetahuan tok. Contoh yang lain umpamanya ayat Alqur’an sudah rampung, dah selesai. Tapi di alqur’an disebutkan. “ghulibbatirrum”. Rum (kota Roma yang raksasa seperti itu) akan di taklukkan, akan diruntuhkan oleh orang-orang Islam..nah padahal ini Nabi Muhammad sudah wafat, Romawi bisa ditaklukkan oleh negara Islam. Itu kan berarti pembuktian alqur’an, bisa dibuktikan melalui sejarah, melalui fenomena alam, ilmu pengetahuan, kejadian-kejadian.

Lalu bagaimana dengan Q.S.17: 16 yang dikaitkan dengan jam gempa padang?

Tidak harus dikaitkan. Karena kebetulan manusia yang diberi Alqur’an itu diberi peristiwa gempa itu pada jam itu, kebetulan ya kalau dikaitkan/dikiaskan itu.. ya kebetulan yang ajaib. Jadi kalau kebetulan yang ajaib kita tidak salah kalau mengkaitkan. Kalau ditinjau dari segi hukum ya tidak masalah. Karena ini merupakan suatu tambahan keajaiban. Tambahan keajaiban itu seumpama kita ngerti ooh gempa itu hanya sekedar musibah (titik, tidak ada tambahan2 penguat yang lain), ooh kenapa gempa kok di aceh padang. Boleh jadi kita bilang kenapa kenapa kenapa kok bukan daerah yang lain. Boleh jadi kita menganlisa menafsirkan itu apakah di Aceh atau di Padang itu dikasihani oleh Allah SWT karena memang komitmennya terhadap agama, sehingga dirahmati Allah, dikasihani oleh Allah, disayangi Allah, diperingatkan bagi orang yang belum diperingati, atau dimatikan pada saat itu orang-orang yang iman yang tujuannya Allah karena pada saat itu akan dimasukkan surga langsung. Apakah pada strata tertentu akan disiksa, kita tidak mengetahuinya.

Jadi kalau dikaitkan, lalu kalau ditanya ya apakah juga haram mengaitkan antara fenomena alam dengan Alqur’an? Kan juga tidak haram toh?

Kalau tidak haram berarti lawan katanya kan ya boleh ta ternyata setelah mengetahui kejadian itu kita tambah mengakui, lebih mengagumi kebesaran Allah, keperkasaan Allah. jadi kita mengakui mengetahui keagungan Allah dari satu objek itu tidak lebih baik apabila mengetahui keagungan Allah dari berbagai objek. Jadi itu tambahan-tambahan sebagai pengakuan kita terhadap keagungan dan keperkasaan Allah. Tapi kalau hanya ”Oc ini gempa dari Allah (titik)” kita mengagumi mengakui keagungan Allah dari satu sisi saja, tapi dari segi sosiologi belum strata manusianya belum, segi keajaiban peristiwanya belum.

Jadi kalau ditanya bagaimana dari sisi hukum?

BOLEH. Ga ada larangan. Selama tidak ada larangan itu masih dalam kategori boleh (dalam hukum Islam itu seperti itu). Kalau ada larangan, baru tidak boleh.

Nah, kalau itu tadi, larangan tidak ada, kebolehan tidak ada. Larangan tidak ada. Kalau larangan tidak ada kembali pada hukum dasar. Hukum dasar itu serba boleh kecuali yang dilarang, bukan serba dilarang kecuali yang diperbolehkan.

Contoh lain, ada istilahnya rahasia angka2 dalam Alqur’an. Kalau orang2 dulu tidak menafsirkan sampai kedetail angka. Kalau sekarang ini dikarenakan Alqur’an itu keajaibannya luar biasa, tidak terhingga maka ada tambahan keajaiban melalui angka. Dalam Q.S.Al-Mudatsir: 30:

"dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga)."

Neraka itu dijaga oleh 19 malaikat.

Kalau saya yang membaca itu ahli matematika, boleh jadi kenapa angka 19? 19 itu angka apa? Bukan ’klenik’. Orang matematika mengkaji itu tidak ’klenik’. Orang matematika itu rasional. Kalau ’klenik’ itu irrasional.

Ternyata setelah meneliti dengan komputer, angka 19 menjadi suatu perhatian. Seperti diketahui pada matematika, angka 19 merupakan bilangan prima, yaitu bilangan yang tidak habis dibagi, kecuali oleh dirinya; dan angka 9 adalah bilangan asli terbesat, dan angka 1 adalah bilangan asli terkecil. Maka orang matematika itu merenung. Merenung itu tahu2 mendapatkan apa, terserah Allah akan memberi ilham apa.

Maka ia membaca bismillahirrahmanirrahim. Dalam penelitiannya dengan komputer itu ternyata data di permulaan Alqur’an itu terdiri dari 19 huruf (bismillahirrahmanirrahim-dalam tulisan arab). Ini keanehan/ keajaiban pertama Akhirnya ia termotivasi lagi untuk mencari tahu, kenapa 19? Ada apa dengan 19?

1. Wahyu pertama turun 1x19 kata. Wahyu ini terdapat pada surahWahyu pertama nomor 096, ayat 001 sampai dengan ayat 005.

2. Wahyu kedua turun 2x19 kata. Wahyu ini terdapat pada surah nomor 068, ayat 001 sampai dengan ayat 009.

3. Wahyu ketiga turun 3x19 kata. Wahyu ini terdapat pada surah nomor 073, ayat 001 sampai dengan 010.

4. Wahyu terakhir turun 1x19 kata. Wahyu ini terdapat pada surah nomor 110, ayat 001 sampai dengan ayant 003.

5. Jumlah suurah-surah dalam Alqur’an 6x19 surah.

6. Wahyu pertama turun itu terletak pada surah nomor 096, dan surah 096 ini pada bilangan ke 19 dari belakang.

Itu fakta yang pertama

7. Surah 096 adalah tempat wahyu pertama. Ternyata suurah ini terdiri dari 19 ayat saja.

8. Wahyu pertama turun, pada ayat 001 sampai dengan 005 pada suraah. 096 ini. Itu dengan tepat 4x19 huruf.

9. Suurah 096 tempat wahyu pertama itu, seluruhnya 285 huruf! Itu adalah 15x19.

10. Dan tengah-tengah Alqur’an adalah pada ayat 019 dari surah 018.

Itu fakta kedua

11. Sudah kita ketahui bahwa data pertama itu secara cermat pada 19 huruf, yang terkelompok dalam kata bi ism Allaah dan Arrahman Arrahim.

Ternyata, kata ism pada Aqur’an hanya 19 buah.

12. Kalimat yang bertulis Allah, terdapat 142x19.

13. Kalimat Arrahman terdapat 3x19

14. Kalimat ArRahiim ada 6x19

Itulah fakta yang ketiga. Dan seterusnya dapat dilihat kembali buku Risalah Rabbi ku: One Million Phenomena Good News for Modern Men tulisan Fahmi Basya

Nah yang di atas ialah dari orang matematika. Bahkan menurut Quraiys Shihab (1992) banyak contoh ditemukan dalam Alqur’an tentang keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang, antara lain:

A. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan atonimnya.

1. A-hayah (hidup) dan al-mawt (mati), masing-masing sebanyak 145 kali.

2. Al-naf’ (manfaat) dan al-madharrah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali.

3. Al-har (panas) dan al-bard (dingin) masing-masing 4 kali

4. As-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi’at (keburukan), masing-masing 167 kali.

5. Al-Thama’ninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan/ kekesalan) masing-masing 13 kali.

6. Al-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin), masing-masing 8 kali.

7. Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali.

8. Kufr (kekufuran) dan iman (iman) dalam bentuk indefinite masing-masing 8 kali.

9. Al-shayf (musim panas) dan al-syita’ (musim dingin) masing-masig 1 kali.

B. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/ makna yang dikandungnya

1. Al-harts dan al-zira’ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali

2. Al-’ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/ angkuh), masing-masing 27 kali

3. A-dhallun dan al-mawta (orang sesat/mati [jiwanya]), amsing-masing 17 kata.

4. Alqur’an, alwahyu, dan al-islam (Alqur’an, wahyu,dan Islam) masing-masing 70 kali.

5. Al-’aql dan al-nur (akal dan cahaya) masing-masing 49 kali

6. al-jahr dan al-’alaniyah (nyata), masing-masing 16 kali.

C. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan pada akibatnya.

1. Al-infaq (infak) dengan al-ridha (kerelaan), masing-masing 73 kali.

2. Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali

3. Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-ahraq (neraka/pembakaran), masing-masing 154 kali.

4. Al-zakah (zakat/penyucian) dengan al-barakat (kebajikan yang banyak), masing-masing 32 kali.

5. Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadhb (murka), masing-masing 26 kali.

D. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.

1. Al-maw’izhah (nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali

2. Al-israf (pemborosan) dengan al-sur’ah (ketergesa-gesaan), masing-masing 23 kali.

3. Al-asra (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing 6 kali

4. Al-salam (kedamaian) dengan at-thayyibah (kebajikan), masing-masing 60 kali.

E. Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus.

1. Kata yawn (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmani), jumlah keseluruhannya hanya 30, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti ”bulan” (syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

2. Alqur’an menjelaskan bahwa langit ada ”tujuh”. Penjelasan ini diulanginya sebanyak 7 kali pula, yakni dalam ayat-ayat Albaqarah: 29, Al-Isra’: 44, Al-Mu’minun: 86, Fushilat: 12, Al-Thalaq:12, Al-Mulk:3 dan Nuh:15. Selain itu penjelasannya tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam 7 ayat,

3. Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasul (rasul), atau nabiyy (nabi), atau basyir (pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan) keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi,rasul, dan pembawa berita gembira tersebut yakni 518 kali

Nah, kesimpulannya tidak apa-apa kita mengaitkan dengan seperti itu. Itu keajaiban dalam alqur’an. Bukti-bukti dalam Alqur’an yang tidak dapat kita pungkiri, bahwa itu bukan perbuatan manusia dan bukan pula sesuatu yang kebetulan.
Maha benar Allah dalam segala firman-Nya.

__________________

Curiculum Vitae Narasumber


Nama : Drs. Charis Muanis
TTL : Boyolali, 6 September 1960
Alamat : Kantor DEPAG Kota Surakarta

Pendidikan:
KMI Pondok Modern Gontor Ponorogo
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fak.Adab Jur.Sastra Arab

Riwayat Pekerjaan:
Guru SMA Muh 3 Boyolali (1980-1990)
Ustadz PPMI Assalam Surakarta (Bhs.Arab, balaghoh, kitab kuning) th 1997-2005
Guru & pengasuh pondok Hadil Iman MAPK Surakarta (1997-2005)
Dosen IIM Ska (1999-2001)
Dosen Akbid IIM Ska (2001-2003)
Ustadz Ma’had Ali PP Ta’mirul Islam (2006-2008)
Dosen Akper PKU & AKBID Muh Surakarta (1995-sekarang)
Seksi Penerangan Agama Islam Departemen Agama Kota Surakarta

2 komentar:

indrascott mengatakan...

Ki Gempa mondar mandir mendahului dari Ki Amat yang masih absen hihihi...

Laskar Pelangi mengatakan...

Setubuh... Eh SetujuH...