sedikit celah;

sedikit celah; layaknya jendela untuk kau lebih jauh mengenalku...

Rabu, 29 Oktober 2008

Radikalisasi Kelompok

Bagaimana sebuah kelompok menjadi kelompok yang radikal ... ?

Sebelum menapak pada masalah proses radikalisasi pada suatu kelompok, sebaiknya kita melihat dan mencerna dari basicnya. Yakni kita harus tahu terlebih dahulu apa definisi radikal, bagaimana individu itu radikal, baru kemudian menelaah bagaimana sebuah kelompok menjadi kelompok yang radikal –mengingat sebuah kelompok merupakan kumpulan individu-individu yang memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung antara satu dengan yang lain.

DEFINISI RADIKAL sampai pada proses radikal kelompok
Bersumber pada Kamus Lengkap Bahasa Indonesia hal.414 (Indrawan W.S.) kata radikal didefinisikan sebagai:
1. Maju dalam berpikir (bertindak)
2. Secara menyeluruh
3. Amat keras menuntut perubahan
Tak lepas dari definisi di atas, penggambaran masalah situasi alam, misalnya bencana banjir. Kenapa masih terus ada bencana? Sudah ada himbauan pencegahan banjir, selalu saja ada pelanggaran. Sudah ada aturan dan peringatan, selalu saja ada pelanggaran akhirnya berulang-ulang terjadi bencana itu. Ketika ada hal yang merusak tatanan yang merupakan idealitas, carut-marut masyarakat dari suasana seperti itu, timbul idealisme-idealisme sebagai antitesis dari keadaan atau masalah yang ada. Aturan-aturan, himbauan-himbauan,peringatan-peringatan yang terus ada pelanggaran sehingga tidak merubah situasi itu antara lain karena elastisitasnya hukum. Person-person penjarah dengan mudah menerabas dan menebangi hutan-hutan hingga gundul yang didalamnya barangkali ada fivty-fivty dengan polisi hutan, dsbg. Dari situ muncullah idealisme yang intinya merobah dari berbagai aspek. Memperbaiki dari berbagai sudut, entah dari segi syar'i nya, filosofisnya, segi hukum, dll. Semuanya dilakukan dengan tegas, tepat, dan penanganan yang menyeluruh yang menuntut perobahan yang cepat (radikal).

Supporter sepak bola. Melihat yang dijagokan tidak sesuai dengan apa yang dimimpikan…akhirnya kalah. Idealnya main sepak bola itu sejajar dengan negara-negara lain, tapi pada kenyataannya kok ga sejajar? Kekalahan itu jika direspon oleh kelompok yang menginginkan kemenangan dengan radikal menuntut secara cepat adanya segi perobahan dalam hal managerialnya (barangkali ada KKN, uang yang seharusnya untuk kesejahteraan dan motivasi para pemain diselewengkan oleh managernya sendiri), perombakan strategi mainnya, melihat kembali bagaimana pengrekrutan pemainnya, kesehatan pemain, gizi para pemain, dll. Seimbang tidak dengan negara lain. Maka dengan pemikiran dan tindakan yang radikal oleh kelompok yang menginginkan kemenangan itu diperlukan pula.
Jadi tindakan-tindakan radikal itu ada positifnya ada pula negatifnya. Kalau suasana membutuhkan perubahan yang cepat maka tindakan radikal itu tepat. Kalau suasana membutuhkan perlakuan yang step by step, maka tindakan radikal tidaklah tepat. Pada intinya dikarenakan ada faktor-faktor kontradiksi yang berfikir secara radikal dan ada objek yang bertentangan dengan radikalisme.
Ya, tepatnya proses radikal telah kita pegang dan kita mengerti lewat deskripsi di atas.

Bagaimana sebuah kelompok menjadi kelompok yang radikal?

Umumnya mereka hidup eksklusif dan punya pemimpin yang kharismatik. Tak ada kritik. Maka pemimpin kayak Nabi. Ajaran diterima mentah-mentah.

Tindakan FPI terhadap penjual minuman-minuman keras di diskotik-diskotik
. Pemikiran-pemikiran secara radikal oleh FPI, diremuk saja miras di diskotik itu. Atau pabriknya pun juga diremuk. Itu namanya sampai ke akar-akarnya. Orang-orang semacam itu biasanya eksklusif. Akhirnya miras benar-benar musnah. Sedangkan orang-orang yang berpikir inklusif itu lakum dinukum waliyadiin. Sak karep-karepmu. Masa bodoh. Terbuka, tidak memaksakan kehedak. Tetapi tetap mengklaim itu salah. Namun biasanya karena kelambatan berfikir, orang-orang yang acuh tak acuh yang terus menerus. Suasana yang stagnan, masyarakat yang acuh tak acuh ego, pemaksaan kehendak yang menjadikan keterlambatan berfikir. Hal-hal semacam itu yang perlu dirombak dengan pemikiran/ tindakan radikal.
Kalau hal ini (miras) tidak ditindak secara radikal, padahal tindakan itu memang harus dirobah  minuman keras ada terus. Jadi memang tindakan radikal untuk hal semacam itu memang perlu.

Kristen juga banyak yang radikal
. Istilah radikal sebenarnya muncul dari agama Kristen bukan Islam. Ketika gereja-gereja-gereja tidak dipercaya lagi, muncul orang-orang Kristen yang radikal. Orang yang percaya saja dengan patung Maria bisa menangis. Orang percaya padahal itu patung. Hal itu termasuk pula pemikiran radikal. Apa itu, diterima mentah-mentah oleh orang itu.

Seperti halnya Ir. Soekarno, dia seorang pemimpin yang kharismatik. Apa-apa yang dilakukan Soekarno dijadikan dewa. Ini diikuti oleh anggota-anggota kelompoknya yang tidak diimbangi dengan wawasan yang luas. Inilah cirri kelompok inklusif. Yang hanya sami'naa wa atho'naa, manut, waton ela-elo, tanpa ilmu, orang yang acuh terus-menerus. Hanya fanatik terhadap pemimpin atau golongannya.

Radikal juga ditambah sikap apriori terhadap system yang ada.
Apriori maksudnya sebelum mengetahui atau menyelidiki secara pasti tentang kebenaran sesuatu.Yang menjadi keputusan adalah egonya. Ketidakpercayaan kepada norma di masyarakat, lebih mengutamakan kebebasan.

Awalnya individu dalam kelmpok merasa terganggu haknya, dengan alasan yang sama individu lain menjadi terpengaruh sehingga punya perilaku yang sama dengan individu tadi, pada tahap kelompo individu-individu tersebut salaing mempengaruhi.

Sebagai contoh, orang tua yang mempunyai pola pemikiran yang idealitas (sebagai haknya diganggu) oleh para remaja itu. Kelompok orang tua diganggu oleh anak-anak. Ide orang tua tidak melanding kepada ideal-ideal yang dipakai remaja. Untuk itu orang tua melakukan perubahan dan tindakan radik dengan menerapkan disiplin ketat, kegiatan yang ketat, larangan-larangan, wawasan yang bisa merobah, dll kepada para remaja itu.

Contoh lain, tindakan-tindakan yang melawan hukum. Saya pribadi harusnya begini, kok begitu. Akhirnya dia terganggu haknya. Berangkat dari "Saya punya hak apa? Ada tidak yang mengganggu hak saya?"

Kelompok tersebut mengalami kekecewaan dari lingkungan yang ada.
Adanya kesenjangan antara harapan, dan realitas yang menuntut kelompok untuk bergerak.
Contoh lain, Kesejahteraan mahasiswa tidak dihiraukan (sarana prasarana, kebersihan, dll). Peran advokasi harus dijalankan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Langkah awal ialah dengan konfirmasi atau sarasehan, cross-cheeck ke birokrat, sambil minta point rekomendasi. Jika belum ada tanggapan, menyalurkan aspirasi lewat karikatur yang menyindir. Jika belum ada respon juga, baru kita aksi menagih janji, agar birokrat memenuhi tuntutan. Ini contoh disebabkan karena lingkungan yang mengharuskan mahasiswa mengambil sikap radikal.

Sifat radikal muncul ketika kelompok itu mengalami puncak kejenuhan, sehingga akan dikeluarkan segala sesuatu yang sudah dipendam lama. Ada kemungkinan sikap radikal positif dan negative.

Seperti halnya:
* Kepemimpinan Soekarno, kalau gak radikal melawan penjajah… ya gak merdeka.
* Revolusi-revolusi pun bermula karena adanya pemikiran-pemikiran sekelompok tokoh yang radikal.

Yeeaarghhh, it s juzt an argument scriptzzzz

1 komentar:

Arga mengatakan...

berat-berat...