sedikit celah;

sedikit celah; layaknya jendela untuk kau lebih jauh mengenalku...

Minggu, 07 Juni 2009

CAHAYA DI ATAS CAHAYA

CAHAYA DI ATAS CAHAYA

(Ringkasan khutbah di Masjid Satlantas Poltabes Surakarta)

Oleh : Charis Muanis


Dalam Al Qur'an Surat Al-Nur : 35, Allah menginformasikan tentang karakteristik globalisasi dengan ungkapan singkat laa syarqiyyatiw wa laa gharbiyyah atau tidak barat dan tidak timur. Artinya wujud dunia global yang tidak barat dan tidak timur. Dalam perspektif Surat Al Hujurat (bilik-bilik), sekali lagi Allah memberi petunjuk bahwa bilik-bilik dunia, entah itu yang bernama negara, budaya, bangsa dll, pasti harus bersilaturrahmi satu dengan yang lain dalam rangka saling menegakkan kebenaran, keadilan dan kebaikan.

Dikarenakan bilik-bilik dunia sudah tidak ada sekat-sekatnya lagi, maka secara otomatis terbentuklah wujud dunia yang tidak barat dan tidak timur, entah melalui rekayasa atau tidak, melalui perhelatan politik, ekonomi, militer atau tidak, melalui pasar bebas, industri, informatika atau tidak. Bejana-bejana kebudayaan menjadi saling bersentuhan dan saling berhubungan yang dalam jangka waktu tertentu akan memproduk peradaban global yang agung dan mulya, idealnya begitu.

Namun, kenyataannya idealkah peradaban global kita saat ini ? kallaa, tsumma kallaa. Arus budaya, politik, ekonomi yang besar mendominasi, menggilas dan menindas yang kecil tanpa prikemanusiaan dan keadilan, karena manusia tidak berlomba-lomba lagi dalam berta'aruf untuk saling take and give dan tidak lagi merindukan kemulyaan dirinya. Padahal Allah berfirman dalam Surat Al Hujurat : 13 : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Yang dilombakan kebanyakan manusia di muka bumi sekarang ini bukan lagi kebaikan tetapi isme-isme kesesatan : skularisme, pluralisme, liberalisme, kapitalisme dll. Ini semua mengalir secara otomatis ke seluruh bilik-bilik dunia tanpa adanya penghalang. Yang membentengi hanya kekuatan resistensi siapa diantara manusia yang paling "atqaakum" atau siapa diantara kamu sekalian yang paling taqwa alias yang paling menjaga hubungannya dengan Allah SWT.

Maka Allah mengingatkan, kalau kamu dan umatmu wahai Muhammad mentaati haluan hidup melalui isme-isme kebanyakan orang di bumi ini, mereka pasti terus menerus menyesatkan kamu, dan mereka menyangka bahwa isme-isme mereka itu benar padahal mereka hanya menduga-duga tanpa dasar ilmu yang benar. Sebagaimana dalam Surat Al An'am : 16 : Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka.

Kalau kita mempunyai resistensi/pertahanan dan perjuangan yang tangguh, Allah menyatakan dirinya sebagai cahaya langit dan bumi, cahaya diatas cahaya, setelah mereka sadar akan kebangkrutan isme-isme mereka, petunjuk datang dari yang tak terkirakan (min haitsu laa yahtasib) bahkan dari tubuh para penindas.

(Artikel ini juga dimuat dalam Solo Pos tanggal 5 Juni 2009)


Tidak ada komentar: