sedikit celah;

sedikit celah; layaknya jendela untuk kau lebih jauh mengenalku...

Sabtu, 18 April 2009

TELAAH ASMAUL HUSNA

Al Bashir, Tak Ada Satu pun yang Luput dari Penglihatan-Nya”

”Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada,” (Q.S. Al-Hajj: 46).

Ayat Alqur’an di atas merupakan salah satu bukti bahwa di dunia ini banyak orang yang bisa melihat, tetapi sesungguhnya ia buta. Hal ini karena hatinya yang buta sehingga ia tak mampu menerima kebenaran.

Demikian penjelasan yang disampaikan oleh salah satu staf Seksi Pendidikan Keagamaan Pondok Pesantren dan Pendidikan Agama Kepada Masyarakat (PK Pontren dan Penamas) Depag Solo, Drs. Charis Muanis, saat ditemui ESPOS di ruang kerjanya, Kamis (16/4).

Hati yang buta, terangnya, merupakan dampak dari karakter manusia yang tidak memahami salah satu sifat asmaul husna, Al Bashir. Yakni sifat Allah SWT yang artinya Maha Melihat.

”Sesungguhnya tak ada suatu hal pun yang luput dari penglihatan allah SWT. Semua yang ada di alam raya ini, di hati ataupun di dalam pikiran manusia, semua dilihat oleh-Nya, meski manusia tak berusaha menampakkan. Ketika memahami hal ini, seorang muslim seharusnya menjadi pribadi yang selalu merasakan adanya pengawasan Allah SWT setiap saat,” ungkapnya.

Mereka yang dinyatakan Allah SWT sebagai orang yang buta, katanya, adalah manusia yang menolak atau tidak mau tahu tantang kemampuan Allah SWT melihat segala hal. Mereka pun akan berada dalam kehidupan yang sempit.

”Seseorang yang mengabaikan ruhiyah sesungguhnya hidupnya selalu dalam kegelisahan. Jiwanya terbelenggu oleh sifat materialistis. Contohnya adalah orang-orang munafik,” jelasnya.

Sedangkan orang yang memahami bahwa Allah SWT Maha Meliha, lanjutnya, akan menjadi pribadi yang taat. Ia pun sadar, tak ada sesuatu yang harus disembunyikan dari-Nya. Kalaupun seseorang bisa membohongi orang lain, ia tak akan pernah bisa membohongi atau menutup-nutupi sesuatu dari-Nya.

”Hal ini juga berkaitan dengan kekuasaan Allah SWT yang mampu memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki sebagai mana diterangkan dalam alqur’an,” jelasnya.

Allah SWT berfirman, ”Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus,” (Q.S. Al Baqarah: 213).

Sifat Allah SWT yang Maha Melihat, imbuhnya, seharusnya juga menyadarkan manusia untuk menggunakan indera penglihatan yang dianugerahkan kepadanya, hanya untuk melihat hal-hal yang baik. Jika suatu saatmelihat hal yang tidak baik, harus langsung dipalingkan.

”Di dalam Alqur’an terdapat banyak sekali ayat yang menerangkan tentang sifat Allah SWT yang Maha Melihat.” imbuhnya.

Allah SWT berfirman, ”Katakanlah, ’Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’ Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridaan allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya,” (Q.S. Ali Imran: 15).

Dalam ayat lainnya Allah SWT berfirman, ”dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencana apapun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan,” (Q.S. Al Maidah: 71).

Lukman yang juga pernah menasihati anaknya tentag sifat ini. Allah SWT berfirman, ”Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (Q.S. Lukman:28).

Karena Allah SWT memiliki sifat Al Bashir, imbuhnya, seorang manusia hendaknya selalu mengembalikan segala hal kepada-Nya. Allah SWT berfirman, ”(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ’Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, ” (Q.S. Al Baqarah: 156).


uhmm, ini sewaktu Bapak ku (Drs. Charis Muanis) diwawancarai. ohya, dimuat dalam Solo Pos 17 april 2009.

Tidak ada komentar: